Sabtu, 01 Oktober 2011

pertanggung jawaban dan catatan amal perbuatan + pengertian mizan

Pertanggung jawaban amal perbuatan Balasan Amal Baik dan Buruk Seluruh amal perbuatan manusia akan diadakan perhitungan dari amalan yang besar sampai yang terkecil kemudian divonis ke surga atau ke neraka, dan Allah tidak akan berbuat aniaya sedikitpun. Firman Allah SWTArtinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az-Zalzalah :

7-8) Dari ayat tersebut di atas telah memberikan penjelasan, balasan bagi orang-orang yang beramal baik dan beramal buruk, yaitu surga dan neraka. Bagi penghuni neraka akan dibagi menjadi dua yakni penghuni yang permanen dan penghuni yang sementara. Penghuni permanen yaitu bagi orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah atau orang-orang yang kafir. Sedangkan penghuni sementara berlaku bagi orang Islam yang meninggal dunia tetapi masih membawa dosa. Adapun bagi penghuni surga semuanya permanen atau selama-lamanya Catatan amal perbuatan Adalah seperti yang disebutkan oleh penulis kitab Syarah Al Aqidah Al Waasithiyyah (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) dengan perkataan Beliau : وَتُنْشَرُ الدَّوَاوِيْنَ Dan akan dibagikan lembaran-lembaran amalan Tunsyaru di sini bermakna: dibagikan dan dibuka untuk pembacanya. Ad Dawawin adalah lembaran yang dituliskan amalan-amalan di sana. Seperti istilah diwan baitul mal dan semisalnya. Berkata Penulis rahimahullahu: “lembaran-lembaran amalan” yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan untuk mencatat amalan anak Adam, Allah subhanahu wata’ala berfirman : كَلا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ. وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ. كِرَامًا كَاتِبِينَ. يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ “Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (amalan-amalanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Infithor: 9-12) Maka malaikat tersebut menulis amalan-amalan dan hal ini terus menerus dikerjakan di leher anak Adam, dan jika hari kiamat terjadi maka Allah subhanahu wata’ala mengeluarkan catatan amalannya. Allah subhanahu wata’ala berfirman : وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا. اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya dalam keadaan terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (Al Isra’: 13-14) Berkata sebagian salaf : لَقَدْ أنصفك مَنْ جعلك حسيباًَ عَلَي نَفْسِكَ “Sungguh telah berlaku adil kepadamu dzat yang telah menjadikan dirimu sebagai penghisab dirimu sendiri.” Dan catatan dalam lembaran amalan ini adalah terhadap amalan kebaikan atau amalan kejelekan. Kebaikan yang dicatat itu adalah yang dikerjakan hamba, yang diniatkan dan yang dia inginkan/cita-citakan, di sini ada perincian : (a) Adapun yang dia kerjakan maka dzahirnya akan dicatat. (b) Adapun yang dia niatkan maka akan dicatat baginya, kan tetapi dicatat sekedar pahala niat saja secara sempurna. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits sahih tentang kisah seorang yang memiliki harta yang diinfakkan di jalan kebaikan. Kemudian berkata temannya yang miskin, لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ وَهُمَا فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ”Kalau saya memiliki harta niscaya saya akan menginfakan seperti yang dilakukan fulan". Maka Nabi shallallahu’alaihi wasallam berkata: “Dia dari sisi niatnya, pahala keduanya sama.”1 Hadits ini menunjukkan bahwa keduanya tidak sama pahalanya dari sisi amalannya. Sesungguhnya orang orang miskin dari muhajirin ketika datang kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam berkata: يَا رَسُولَ الله ذَهَبَ أهْلُ الدُّثور بالدَّرَجَاتِ الْعُلى “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang kaya telah mendahului kami (dari sisi amalan shalih)”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata kepada mereka : “Kalian hendaknya mengucapkan Subhaanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar sebanyak tiga puluh tiga kali. Maka ketika orang-orang kaya mendengar hal ini, mereka mengerjakan seperti yang dikerjakan orang miskin. Maka orang-orang miskin pun kembali mengadu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata kepada mereka: ذلِكَ فَضْلُ الله يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ”Ini adalah karunia Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.2 Dan Beliau shallallahu’alaihi wasallam tidak mengatakan sesungguhnya engkau dengan niat kalian akan menyamai pahala amalan-amalan mereka (orang-orang kaya). Dan karena sesungguhnya merupakan suatu keadilan, manakala seorang yang belum pernah beramal, tidak akan (mendapatkan pahala) seperti orang yang pernah beramal, akan tetapi keduanya sama dalam perolehan pahala niatnya saja. (c) Adapun keinginan, maka terbagi menjadi dua : Jenis yang pertama: Seseorang yang berkeinginan melakukan sesuatu kebaikan dan berhasil mengerjakan sebagian yang dia mampu, kemudian dia terhalangi sehingga tidak menyelesaikan amalannya itu. Maka akan dicatat baginya pahala amalan secara sempurna, berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala : وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ “Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpa nya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.” (An Nisaa’: 100) Maka ini adalah kabar gembira bagi thalibul ilmi (para pencari ilmu) : Jika manusia berniat ingin mencari ilmu menginginkan untuk memberikan manfaat kepada manusia, membela Sunnah Ar Rasul, menyebarkan agama di muka bumi, kemudian belum ditakdirkan yang demikian untuknya karena dia “keburu meninggal” ketika sedang mencari ilmu, maka dia akan mendapatkan pahala orang yang berniat dan beramal menuju ke sana. Bahkan sesungguhnya manusia itu jika dahulunya terbiasa melakukan suatu amalan, kemudian dia terhalang dari amalannya tadi karena sebab tertentu, maka akan dicatat pahala amalannya (seperti kebiasaannya dulu -pent). Bersabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam : “Jika sakit seorang hamba atau safar, maka akan dicatat baginya pahala seperti pahala yang biasa dia lakukan ketika dia dalam keadaan mukim atau sehat.” (HR. Al Bukhari)3 Jenis yang kedua : Seseorang berkeinginan melakukan kebaikan kemudian dia meninggalkannya padahal dia mampu menyelesaikannya, maka dicatat baginya kebaikan yang sempurna karena niatnya. Adapun amalan kejelekan, maka yang dicatat atas manusia adalah yang telah dikerjakannya saja. Dan akan dicatat atasnya apa-apa yang dia inginkan dan dia telah berusaha melakukannya akan tetapi dia tidak mampu melakukannya, maka dicatat atasnya apa-apa yang dia niatkan dan cita-citakan. Maka masalah yang pertama itu telah jelas. Adapun yang kedua maka akan dicatat atasnya secara sempurna berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam : “Jika dua orang muslim saling berhadapan dengan kedua pedang mereka, maka yang membunuh dan terbunuh ada di neraka. Maka berkata para sahabat : Wahai Rasulullah ini sang pembunuh (memang pantas masuk neraka), kenapa yang terbunuh juga masuk neraka? Berkata Beliau : Karena sesungguhnya dia juga bersemangat ingin membunuh saudaranya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)4 Yang semisal ini adalah : Orang yang hendak minum khamer akan tetapi dia terhalangi darinya, maka akan dicatat dosanya secara sempurna karena dia telah berusaha untuk melakukannya. Jenis yang ketiga : Orang-orang yang berkeinginan dan berniat, akan dicatat baginya akan tetapi sekedar ganjaran atas niatnya saja. Di antaranya adalah hadits yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengkabarkan tentang seorang yang Allah subhanahu wata’ala memberinya harta kemudian dia pakai untuk bermaksiat, maka berkatalah seorang yang miskin : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ “Kalau saya memiliki harta maka saya akan berbuat seperti perbuatan fulan (yang kaya -pent).” Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan: “Dia dengan niatnya maka dosa keduanya sama.”5 Kalau seseorang berkeinginan melakukan kejelekan, akan tetapi dia meninggalkannya maka dalam hal ini ada tiga keadaan : 1. Jika dia meninggalkannya karena tidak mampu melakukannya, maka hukumnya seperti orang yang mengamalkannya, apalagi jika dia telah berusaha melakukannya (telah melakukan pendahuluannya -pent). 2. Jika dia meninggalkannya karena Allah subhanahu wata’ala maka dia mendapatkan pahala. 3. Jika dia meninggalkannya karena jiwanya telah bosan darinya atau tidak terbetik sama sekali dalam jiwanya maka dia tidak ada dosa tidak pula pahala. Allah subhanahu wata’ala akan membalas kebaikan dengan berlipat lipat lebih banyak dari pada amalannya, dan Allah subhanahu wata’ala tidaklah membalas kejelekan kecuali dengan yang semisalnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman: مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Al An’am: 160) Dan ini merupakan karunia Allah subhanahu wata’ala dan karena rahmat-Nya itu mendahului kemurkaan-Nya. [Dinukil dari kitab Syarh Al 'Aqiidah Al Waasithiyyah bab Al Iimaan bil Yaumil Aakhir, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Edisi Indonesia Ada Apa Setelah Kematian? Menelusuri Kejadian-Kejadian di Hari Kiamat, Penerjemah Abu Hafsh 'Umar Al Atsary, Penerbit Pustaka Al Isnaad Tangerang, hal. 67-73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar